Renjana Semula – Album Perjalanan Batin dan Bunyi Vee Nhavan yang Tak Sekadar Nostalgia

Di tengah hiruk pikuk musik digital yang terus berubah cepat, ada satu album yang mengajak kita untuk pelan-pelan menoleh ke dalam. Renjana Semula, rilisan terbaru dari musisi asal Lombok, Vee Nhavan, bukanlah album yang mengejar tren. Ia hadir seperti sepucuk surat yang ditulis dengan tangan—penuh perasaan, jujur, dan personal.

Album ini bukan sekadar kumpulan lagu. Ia adalah dokumen batin, semacam memoar musikal yang merangkum perjalanan panjang seorang seniman: jatuh bangun, pertarungan dengan diri sendiri, perenungan yang sunyi, dan pencarian makna di tengah dunia yang terus berubah.

Format Album: Lama yang Dihidupkan Kembali, Baru yang Mengakar

Dirilis pada 8 Juni 2025, Renjana Semula bukanlah album yang dibangun dari nol, melainkan dari fondasi yang sudah pernah berdiri. Terdiri dari dua lagu baru dan delapan lagu lama yang diaransemen ulang, Vee menunjukkan bahwa karya yang pernah lahir tak harus ditinggalkan. Ia bisa dirawat, dimatangkan, dan dihidupkan kembali dengan rasa yang lebih dalam.

Bukan keputusan yang mudah untuk “mendaur ulang” karya lama. Tapi di tangan Vee, proses ini menjadi bentuk pemaknaan ulang yang jujur dan menyentuh. Lagu-lagu lamanya seolah mendapat napas baru, bukan hanya dari segi musikalitas, tapi juga dari konteks pengalaman hidup yang kini lebih matang dan reflektif.

Dari sisi musikal, Vee masih setia pada akar Britpop-Rock yang sejak dulu menjadi ciri khasnya. Namun, kali ini ia tidak hanya bermain di wilayah teknis genre. Ia menyelami lebih dalam—memainkan dinamika antara kekuatan dan kelembutan, antara amarah dan penerimaan, antara dunia luar yang bising dan dunia dalam yang sunyi.

Album ini memuat dua sisi manusia yang seringkali bertarung dalam satu tubuh:

  • Sisi Petarung, tercermin dalam lagu seperti “Menjadi Raja”—yang menggelegar, penuh semangat, seolah menjadi nyala bagi mereka yang sedang berjuang untuk eksistensi dan pengakuan.

  • Sisi Perenung, hadir dalam lagu “Pertaruhan Pertarungan”—yang lembut namun dalam, seperti percakapan sunyi dengan diri sendiri tentang luka, lelah, dan makna dari semua yang telah terjadi.

Perpaduan ini menjadikan Renjana Semula tidak hanya kuat secara bunyi, tetapi juga kaya secara makna.

Salah satu momen paling emosional dari album ini adalah ketika saya mendengarkan kembali lagu “Bukan Playboy”. Lagu ini punya tempat tersendiri dalam ingatan saya—dan mungkin juga banyak pendengar lain yang tumbuh bersama musik lokal era awal 2010-an. Dulu, lagu ini begitu ikonik: menggelitik, ringan, tapi juga menyuarakan keresahan khas anak muda tentang cinta dan citra diri. Plus easy listening, mudah diingat dan dinyanyikan.

Waktu itu, Bukan Playboy sering diputar di radio, dibawakan di panggung-panggung kampus, bahkan menjadi backsound tak resmi untuk kisah-kisah asmara yang tak berujung. Dan kini, di album ini, lagu tersebut muncul dengan rasa baru. Aransemen yang lebih tenang namun tetap menghentak, dengan unsur synth yang lebih subtil, membuatnya terdengar lebih dewasa. Seperti seseorang yang dulu keras kepala, kini kembali dengan pemahaman baru.

πŸ‘₯ Di Balik Produksi: Musik yang Terjadi karena Kolaborasi Jiwa

Tidak mungkin sebuah karya yang emosional seperti ini lahir tanpa proses yang intens dan kolaborasi yang penuh kepercayaan. Vee menggandeng dua talenta luar biasa dalam produksi album ini:

  • Yuga Anggana menyumbangkan permainan gitar elektrik, bass, hingga programming yang memberikan tekstur khas pada setiap lagu.

  • Lalu Damar Wanggih, dengan tangan dinginnya di balik drum, mixing, hingga mastering, memberikan sentuhan akhir yang membuat lagu-lagu ini terasa utuh.

Mereka bertiga bukan hanya bekerja sama sebagai teknisi dan musisi, tapi benar-benar menyatu dalam frekuensi emosional yang sama. Hal ini bisa dirasakan dalam setiap detil—dari dentuman drum yang mengayun, hingga ambient gitar yang menyusup lembut di sela-sela vokal.

Vee menyebut Renjana Semula sebagai “catatan jiwa”, dan istilah itu sangat pas. Setiap lagu di album ini seperti cermin. Kadang menampilkan hal-hal yang selama ini kita hindari untuk lihat: luka lama, ketakutan, atau penyesalan. Tapi juga memberikan pelipur—bahwa semua rasa itu layak diakui, dan bahwa kita tidak sendirian dalam mengalaminya.

Bagi pendengar yang sudah mengikuti Vee sejak awal, ini adalah momen perjumpaan yang hangat. Seperti bertemu kembali dengan sahabat lama yang sudah tumbuh, berubah, tapi masih membawa semangat yang sama. Bagi pendengar baru, Renjana Semula bisa menjadi pintu masuk yang jujur dan personal untuk mengenal siapa Vee—seorang penulis lagu yang tidak sekadar ingin didengar, tapi ingin dipahami.

Vee Nhavan sendiri bukan nama baru di dunia musik independen. Ia memulai perjalanan musiknya sejak SMA, dikenal lewat band seperti Posster dan Celtic, dan perlahan membangun identitas solonya yang kuat. Ia tidak hanya menciptakan lagu, tapi juga ekosistem—dengan mendirikan V3E Management, rumah kreatif yang menjadi tempat berproses bagi dirinya dan banyak talenta lainnya.

Dengan dua album sebelumnya, Kenali Aku (2007) dan Koma Tanpa Titik (2014), Vee telah menunjukkan kemampuannya dalam meramu lirik yang tajam dengan musikalitas yang khas. Dan kini, lewat Renjana Semula, ia tidak hanya melanjutkan perjalanan itu—tapi juga merayakan dan merawatnya.

***

Renjana Semula adalah album yang mengajak kita pulang—bukan ke masa lalu, tapi ke diri sendiri. Ia bukan karya yang dibuat untuk viral, tapi untuk bertahan. Ia bukan sekadar hiburan, tapi bentuk kejujuran. Dan dalam dunia yang semakin sibuk menyamar, kejujuran seperti ini terasa sangat langka.

Bila kamu sedang mencari musik yang bisa menemanimu merenung, menyusun ulang rasa, atau sekadar ingin mengenang dan menerima diri, maka Renjana Semula adalah teman yang tepat. Dengarkanlah tanpa tergesa. Biarkan setiap lagunya mengetuk ruang-ruang batin yang mungkin selama ini terabaikan.

πŸ“Œ Album ini tersedia di semua platform musik digital sejak 8 Juni 2025
πŸ“Ί Saksikan teaser videonya: YouTube – Vee Nhavan: Renjana Semula
πŸ“· Baca liputan lengkap rilis album: KonserLombok.com

Komentar