Bukan Cuma Aksi, Ini Totally Brutal. Joko Anwar Gila! — Review Pengepungan di Bukit Duri (2025)


Joko Anwar kembali dengan film yang berbeda — kali ini ia membawa kita ke dunia yang lebih intim dan mencekam lewat Pengepungan di Bukit Duri. Bukan horor supranatural atau thriller penuh teka-teki seperti biasanya, tapi kisah tentang kekerasan, ketidakadilan sosial, dan perjuangan bertahan hidup dalam realita keras di sebuah sekolah yang penuh konflik. Lewat pendekatan yang lebih "membumi", Joko tetap mempertahankan gaya storytelling yang kuat, tapi dengan nuansa yang lebih emosional dan reflektif.


🎬 Sinopsis Film 

Pengepungan di Bukit Duri bercerita tentang Edwin (Morgan Oey), seorang guru seni keturunan Tionghoa yang ditugaskan untuk mengajar di SMA Duri, sekolah yang dikenal penuh dengan anak-anak bermasalah. Edwin berusaha menyesuaikan diri, tapi di tengah-tengah itu, dia harus menghadapi Jefri (Omara Esteghlal), murid yang juga ketua geng di sekolah tersebut. Ketegangan semakin meningkat saat Edwin terjebak dalam situasi yang berbahaya, sambil berusaha mencari keponakannya yang hilang dan menghadapi masalah besar dalam sistem pendidikan. Film ini menyoroti masalah sosial, diskriminasi, dan kekerasan yang ada dalam masyarakat kita. Semakin lama, kondisi sekolah itu semakin memburuk, dan Edwin harus berjuang lebih keras untuk bertahan hidup.


🎭 Pemeran dan Akting  

Para pemeran di Pengepungan di Bukit Duri benar-benar memberikan performa yang luar biasa. Morgan Oey sebagai Edwin membawa karakter yang penuh dilema dan ketegangan. Peran dia sebagai guru yang terjebak dalam masalah besar bikin kita ikut merasakan stres yang dia alami. Omara Esteghlal yang memerankan Jefri, si ketua geng, juga menampilkan karakter yang benar-benar mengesankan—keren dan menyeramkan di satu waktu. Aktingnya yang penuh emosi dan agresif banget bikin Jefri terasa seperti ancaman nyata. Terus, ada juga Hana Pitrashata Malasan sebagai Diana, yang menambah dinamika cerita, serta karakter-karakter pendukung lainnya yang nggak kalah menarik. Akting mereka benar-benar bikin kita merasa terhubung dengan cerita dan penuh ketegangan.

πŸŽ₯ Sinematografi dan Penyutradaraan

Joko Anwar nggak main-main dalam urusan penyutradaraan. Dia berhasil menciptakan atmosfer yang sangat mencekam dengan sinematografi yang gelap dan penuh ketegangan. Banyak adegan yang menggunakan pencahayaan minim untuk bikin suasana jadi lebih intens, seolah-olah kita ikut terjebak dalam situasi yang dialami karakter-karakternya. Joko punya cara khusus dalam memanfaatkan ruang dan pencahayaan, dan itu bikin penonton merasa benar-benar ada di dalam cerita. Setiap detail dibuat untuk memperkuat nuansa tegang, mulai dari gerakan kamera yang fokus ke wajah karakter sampai setting sekolah yang terasa sangat keras dan tak aman.


🎢 Musik dan Efek Suara

Musik dan efek suara di film ini benar-benar menghidupkan suasana. Musik yang dipilih sangat mendukung ketegangan dalam setiap adegan, bikin kita semakin ngerasain stress dan kecemasan karakter. Efek suara juga pas banget digunakan untuk meningkatkan momen-momen dramatis, seperti suara langkah kaki yang makin mendekat atau suara napas yang berat, semuanya dirancang untuk bikin jantung kita berdegup lebih kencang. Gak cuma suara, musiknya pun bikin kita ikut merasakan emosi yang dihadapi karakter, terutama saat ketegangan semakin memuncak.


πŸ’¬ Pesan Sosial dan Kritik

Salah satu hal yang bikin film ini menarik adalah pesan sosial yang diangkat. Melalui cerita Edwin, kita diajak untuk melihat sistem pendidikan yang kurang memperhatikan kebutuhan murid dan ketidakadilan yang terjadi di sekitar kita. Film ini nggak cuma sekadar cerita tentang pertarungan antara guru dan murid, tapi juga tentang bagaimana kekerasan dan diskriminasi bisa merusak kehidupan banyak orang. Joko Anwar berhasil menyampaikan kritik terhadap ketidakadilan sosial yang ada, dan kita sebagai penonton bisa merasakan betapa peliknya situasi yang terjadi. Pesan moralnya sangat dalam, terutama soal bagaimana kita sebagai individu bisa berbuat lebih banyak untuk memperbaiki sistem dan lingkungan di sekitar kita.

πŸ€” Apa yang Kurang dari Film Ini?

Meskipun Pengepungan di Bukit Duri punya banyak kekuatan, ada beberapa hal kecil yang terasa kurang maksimal:

  • Pendalaman Karakter : Beberapa karakter pendukung sebenernya menarik banget, tapi sayangnya kurang dikasih ruang buat berkembang. Jadi, beberapa konflik terasa kurang greget karena kita nggak dikasih cukup alasan buat benar-benar peduli sama mereka.

  • Ritme Cerita di Tengah Film : Awal film penuh ketegangan, tapi di bagian tengah, ritmenya sempat agak melambat. Ada momen-momen di mana ceritanya terasa muter-muter sedikit sebelum akhirnya klimaks lagi. Ini bikin beberapa penonton mungkin sedikit kehilangan tensi.

  • Isu Sosial Kurang Menghantam di Akhir : Walaupun film ini ngangkat tema diskriminasi dan kekerasan sistemik yang berat, penyampaian pesannya di bagian akhir terasa agak "nanggung". Harusnya bisa lebih menghantam emosi atau meninggalkan kesan lebih mendalam.
  • Durasi Terasa Sedikit Panjang : Ada beberapa adegan yang sebenernya bisa dipotong atau dipadatkan. Kalau lebih fokus, tekanan emosionalnya mungkin bisa lebih konsisten dan nancep.

Pengepungan di Bukit Duri bukan cuma film tentang perlawanan, tapi juga tentang keberanian untuk bertahan dalam sistem yang nggak adil. Lewat cerita yang intens dan emosional, Joko Anwar ngajak kita melihat sisi kelam dari dunia yang sering kita abaikan. Meski ada beberapa bagian yang terasa kurang dalam, film ini tetap berhasil bikin kita mikir, nahan napas, dan ikut merasakan ketegangan para karakternya.

Kalau saya harus memberi rating untuk Pengepungan di Bukit Duri, saya akan beri 8/10.

Film ini punya cerita yang kuat dan menyentuh, akting yang solid dari para pemain, terutama Omara Esteghlal dan Morgan Oey. Sinematografi dan efek suara juga keren banget, bikin suasana semakin tegang. Meski begitu, ada beberapa bagian yang bisa lebih diperdalam atau dikembangkan lagi untuk memberikan dampak yang lebih besar pada penonton.

Secara keseluruhan, film ini berhasil menyajikan cerita yang bukan hanya tentang aksi, tapi juga mengangkat isu sosial yang relevan, jadi sangat worth to watch!

Komentar