Review Film Keluarga Super Irit (2025) - Ketika hidup irit bukan lagi pilihan, tapi keharusan...


Apa jadinya kalau seluruh gaya hidup hematmu—yang biasanya cuma buat lucu-lucuan di TikTok—harus benar-benar jadi jalan hidup?

Dan bukan hemat biasa ya, tapi hemat level ekstrem, yang kalau tetangga tahu, bisa-bisa dikira “nggak waras”. 😅

Film Keluarga Super Irit bukan cuma sekadar komedi keluarga. Ini adalah cermin—yang kadang bikin ketawa, kadang bikin kita pengen peluk diri sendiri. Film ini berhasil menjawab satu pertanyaan penting: apa bedanya hemat, irit, dan pelit?

Sinopsis: Cerita yang Terasa Dekat dengan Banyak Rumah Tangga

Pak Tony (diperankan Dwi Sasono) dan Bu Linda (Widi Mulia) adalah pasangan suami istri dengan tiga anak: Widuri, Dru, dan Den. Mereka hidup di rumah kontrakan kecil dengan penghasilan pas-pasan. Tapi mereka punya satu prinsip utama: hemat adalah segalanya.

Mandi dibatasi hanya dua ember, listrik harus irit, makan seadanya. Semua serba ditekan. Kadang alasannya masuk akal, tapi lama-lama bikin sesak juga.

Konflik mulai datang ketika kantor Pak Tony mengalami pemangkasan gaji. Di saat bersamaan, biaya hidup makin menggila, dan keluarga justru makin ramai: ada adik ipar yang nganggur, ada kakek yang tiba-tiba nginep, dan anak-anak mulai berani mempertanyakan gaya hidup keluarga mereka.

Film ini kemudian berkembang menjadi potret realita masyarakat urban yang harus bertahan hidup di tengah tekanan ekonomi, ekspektasi sosial, dan idealisme keluarga.

Apa yang Menarik dari Film Ini?

1. Humornya Satir, Bukan Sekadar Lelucon

Komedi dalam film ini nggak receh. Banyak momen bikin ngakak, tapi setelah itu kita mikir, "Eh iya ya, aku juga kayak gitu." Misalnya waktu anak-anak minta AC dinyalain tapi si Bapak bilang, "AC itu bukan buat dingin, tapi buat gaya."
Ada banyak sekali sindiran sosial terselubung yang disajikan secara ringan.

2. Relate Abis!

Film ini terasa dekat. Gaya hidup yang digambarkan adalah gaya hidup banyak keluarga Indonesia: nyalain kipas angin bergantian, masak dari bahan seadanya, nyuci baju pakai air hujan.
Semua itu terasa tidak dibuat-buat, seolah kamu sedang menonton versi dramatis dari hidupmu sendiri.

3. Chemistry Keluarga yang Natural

Kombinasi Dwi Sasono dan Widi Mulia cocok banget. Interaksi mereka nggak terkesan akting. Anak-anak mereka juga tampil alami, nggak dibuat terlalu manja atau sok dewasa.
Apalagi dengan tambahan karakter Onadio sebagai adik ipar yang "cuma numpang hidup", dan Indro Warkop sebagai ayah yang cerewet tapi penyayang—semua makin lengkap.

4. Adaptasi Lokal yang Kuat

Film ini diadaptasi dari manhwa Korea berjudul Saving My Money Family. Tapi dalam versi Indonesia-nya, kisah ini dibawa ke Jakarta dengan setting lokal yang sangat familiar: jalanan padat, rumah kontrakan, pasar tradisional.
Alhasil, cerita terasa orisinil dan relevan.

5. Ada Momen Refleksi yang Ngena

Di balik semua kelucuan dan kekonyolan, ada pertanyaan besar yang diajukan film ini:

“Sampai kapan kita hidup dengan pola pikir serba kurang?”

Film ini mendorong kita melihat kembali alasan di balik gaya hidup hemat kita: Apakah karena kebutuhan? Atau karena trauma hidup miskin? Atau karena takut gagal?

Kekurangan Film

Nggak ada film yang sempurna, dan Keluarga Super Irit pun punya beberapa catatan:

  • Durasi terlalu panjang: Hampir 2 jam, padahal beberapa adegan bisa diringkas. Terutama di awal, ritmenya agak lambat.

  • Ending yang agak menggantung: Kita nggak benar-benar dapat jawaban apakah keluarga ini akan tetap irit seumur hidup atau berubah. Tapi bisa jadi ini memang disengaja—untuk mengajak kita berpikir.

Pesan Moral: Hemat Itu Bijak, Bukan Derita

Film ini mengajak kita membedakan antara hemat dan pelit.
Hemat = bijak, tahu prioritas.
Pelit = takut berbagi, menahan diri tanpa alasan.

Dan lebih dari itu, film ini menunjukkan bahwa:

  • Keluarga adalah tempat belajar bertahan bersama.

  • Penerimaan adalah bentuk kekayaan yang nggak bisa dibeli.

  • Tertawa bareng di tengah susah adalah bentuk kekuatan.

Worth to Watch?

IYA, Banget.
Film ini cocok untuk ditonton bersama keluarga, terutama saat akhir pekan.
Kalau kamu ibu rumah tangga, ayah pekerja kantoran, anak kosan, bahkan generasi sandwich—Keluarga Super Irit akan menyentuh sisi realistismu.

Skor Akhir: 8.5 / 10

Lucu ✔️
Relate ✔️
Menyentuh ✔️
Membekas ✔️

Kalau kamu pernah nyuci baju pakai air bekas pel, atau pernah ngisi sabun cuci tangan pakai air sampai 5x, film ini bukan buat kamu ditertawakan—tapi buat kamu merasa: kamu nggak sendirian.

Sudah nonton film ini? Atau kamu punya kisah super irit lainnya? Ceritain dong di kolom komentar. Siapa tahu kisah kamu cocok jadi sekuel selanjutnya 😄👇

Komentar