"Aku Sore. Istri kamu dari masa depan."
Bayangkan suatu pagi kamu bangun dengan seseorang asing di rumahmu—yang mengaku sebagai istri kamu delapan tahun dari sekarang. Bukan mimpi, bukan halusinasi. Tapi peringatan nyata bahwa hidupmu sedang berjalan menuju kehancuran.
Inilah pembuka cerita dari film Sore: Istri dari Masa Depan, drama fiksi romantis yang lebih dari sekadar romansa. Ia adalah surat cinta dari masa depan, yang ingin menyelamatkanmu dari diri sendiri. Film ini tayang di bioskop 10 Juli 2025 lalu dan bersaing dengan film-film yang sudah pasti ramai penonton, di antaranya Superman dan Jurassic World Rebirth!
SINOPSIS & PREMIS – Romansa dan Waktu Tak Lagi Berjalan Seiring
Jonathan (Dion Wiyoko) adalah fotografer berbakat yang tinggal di Kroasia, hidup seenaknya dan kurang menghargai kesehatannya. Ia merokok, kerja tanpa henti, dan tak punya siapa-siapa selain kamera dan kesendirian. Hingga suatu hari, hadir seorang perempuan bernama Sore (Sheila Dara Aisha), yang mengaku sebagai istrinya dari masa depan.
Kedatangan Sore bukan untuk reuni manis atau nostalgia hangat, melainkan misi penyelamatan. Jonathan, menurut Sore, akan meninggal 8 tahun lagi akibat penyakit jantung—penyakit yang bisa dicegah jika ia mulai mengubah gaya hidupnya sekarang. Yang menarik dari premis ini bukan hanya tentang "mencegah kematian", tapi bagaimana cinta bisa datang lebih dulu untuk menyelamatkan seseorang—bahkan sebelum ia tahu bagaimana rasanya dicintai.
Karakter & Akting: Ketika Keheningan Berbicara Lebih Banyak
Dion Wiyoko menampilkan Jonathan sebagai pria keras kepala yang rentan, sosok yang biasa kita temui—keras pada luar, kosong di dalam. Perubahan emosinya dari tidak percaya hingga mulai takut kehilangan, terlihat sangat gradual dan menyentuh. Sementara Sheila Dara sebagai Sore sangat memikat. Ia bukan perempuan lemah atau malaikat klise dari masa depan. Ia punya misi, keteguhan, dan luka yang ia sembunyikan dengan senyum tenang. Kehadirannya tidak mendominasi, tapi justru memperkuat. Chemistry keduanya tidak hanya dibangun dari dialog manis, tapi dari kebersamaan yang hening, dari tatapan yang menyimpan cerita, dan dari jeda-jeda yang membuat kita menebak isi hati mereka.
Dion Wiyoko memerankan Jonathan dengan sangat membumi. Ia berhasil menunjukkan pergeseran karakter—dari cuek, egois, sampai mulai goyah dan menyadari bahwa cinta tak cukup hanya dengan niat baik.
Sementara itu, Sheila Dara Aisha adalah jantung dari film ini. Sheila memainkan karakter yang sabar tapi juga menyimpan luka, kuat tapi rapuh. Usahanya untuk mengubah Jonathan terlihat penuh cinta, tapi juga kelelahan yang nyata.
Chemistry mereka natural banget. Ada kehangatan, ada konflik, ada kejenuhan khas pasangan, tapi juga ada cinta yang terasa tulus.
Sinematografi: Visual Seindah Pesan yang Dibawa
Film ini mengambil lokasi di Kroasia, Finlandia, dan Jakarta. Setiap latar memiliki makna sendiri: Kroasia merepresentasikan kesendirian Jonathan. Finlandia dengan aurora-nya adalah simbol dari keajaiban cinta yang tak terduga. Jakarta adalah masa depan—hangat tapi tidak mudah.
Sinematografinya seperti lukisan. Tenang, minim distraksi, tapi sarat makna. Kamera tidak banyak bergerak liar, justru mengikuti ritme napas karakter—seperti ingin menahan waktu bersama mereka lebih lama.
Musik & Soundtrack
Musik menjadi nyawa lain dalam film ini. Kolaborasi dari Adhitia Sofyan, Barasuara, hingga Sheila on 7 jelas bukan sekedar tempelan pop culture. Setiap lagu muncul nyatanya bukan sebagai "hiburan", tapi sebagai emosi. Kalian harus rasakan mendengar Hingga Ujung Waktu-nya Sheila On 7 di ending film. Aslii petjaahhh!
Saat Jonathan mulai percaya, lagu mengalun pelan. Saat Sore mulai ragu, sunyi menjadi lebih keras daripada kata-kata. Jadi, Ini bukan film yang penuh dialog. Tapi justru karena itulah, musiknya terasa seperti surat cinta dari masa depan.
Naskah & Narasi: Kata yang Mengendap, Bukan Hanya Dilepas
Dialog dalam film ini singkat dan sederhana. Tapi justru di situlah kekuatannya. Tak ada kata-kata puitis berlebihan, tapi kalimat seperti:
"Aku tidak datang untuk mengubah kamu. Aku datang supaya kamu bisa bertahan lebih lama."
…cukup untuk menampar pelan kita semua. Kadang, yang kita butuh bukan motivasi megah, tapi seseorang yang peduli diam-diam.
Jadi film ini bukan hanya film cinta, Sore: Istri dari Masa Depan adalah cerita tentang kesempatan kedua—yang sayangnya hanya datang untuk mereka yang sudah kehilangan. Film ini menyadarkan kita bahwa Cinta bukan tentang bahagia selamanya. Tapi tentang siapa yang tetap memilih tinggal meski tahu akhir cerita kita tidak baik-baik saja. Terkadang, cinta tidak datang untuk dimiliki. Ia datang hanya untuk menyelamatkan. Yang paling menyakitkan bukan kehilangan seseorang, tapi menyadari bahwa kita sendiri yang mendorong mereka pergi.
Dari sudut reflektif, film ini akan mengajak kamu bertanya:
“Kalau aku bisa ketemu diriku dari masa depan… akankah aku bangga dengan diriku hari ini?”
Film Mengajak Untuk Merenung Dengan Sendirinya
Sore: Istri dari Masa Depan bukan tipe film dengan twist mengejutkan atau drama keras penuh tangisan. Tapi ia adalah film yang diam-diam menghujam, lewat kesederhanaannya, lewat tatapan lembut dua orang yang mencoba saling menyelamatkan di batas waktu yang tak bisa mereka atur.
Rating: 4.5 / 5
Untuk kamu yang sedang mencari film yang lebih dari sekadar hiburan, tapi juga pelukan hangat di hari-hari dingin... Sore adalah jawabannya.
Nah, Kalau kamu bisa memperbaiki satu kebiasaan hidup hari ini agar tak menyesal di masa depan, apa yang akan kamu ubah?
Komentar
Posting Komentar